logo2

ugm-logo

Hadapi La Nina, BNPB Minta Setiap Daerah Siaga dan Siapkan Mitigasi Bencana

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) meminta setiap daerah siaga dan menyiapkan mitigasi untuk antisipasi terjadinya bencana alam.

Pelaksana Tugas Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Abdul Muhari mengatakan, hal tersebut dikarenakan fenomena La Nina atau dinamika atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar Laut Pasifik sudah aktif.

"Beberapa provinsi perlu ada perhatian untuk sama-sama menyiapkan upaya kesiapsiagaan dan mitigasi kalau terjadi kondisi kedaruratan," ujar Muhari dalam konferensi pers di BNPB, Rabu (30/9/2020).

Muhari mengatakan, jika fenomena El Nino berimplikasi wilayah akan mengalami kekeringan, maka saat La Nina justru akan menghadapi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya.

Waktunya pun, kata dia, tidak sama dengan pola monsun yang biasa terjadi sehingga pada Oktober, November, dan Desember akan terjadi peningkatan curah hujan yang signifikan.

Bahkan, curah hujan tersebut bisa mencapai di atas 500 mm.

"Kalau dari prediksinya, puncaknya ada di bulan November sehingga lokasi-lokasi kabupaten/kota harus di-warning supaya tidak terkaget-kaget," kata dia.

Apalagi, kata dia, pada akhir September sekarang bencana sudah terjadi seperti banjir ataupun banjir bandang.

Padahal biasanya, pada Oktober-November belum memasuki puncak musim hujan.

Oleh karena itu, ia pun mendorong setiap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dapat mengoptimalkan informasi-informasi di aplikasi INARIS yang selalu diperbarui berbasiskan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Supaya kita bisa mendapatkan informasi yang bisa dijadikan dasar untuk kesiapsiagaan atau gelar pasukan menghadapi kondisi kedaruratan akibat La Nina," kata dia.

Banjir, Puting Beliung Hingga Kekeringan Melanda Sejumlah Daerah

Cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Tanah Air, hujan deras disertai angin puting beliung terjadi di Bojonegoro, angin kencang memporakporandakan atap rumah warga, peristiwa ini terjadi pada Minggu (27/9) sore. Puluhan rumah warga rusak dan belasan pohon tumbang ke jalan, sebanyak dua desa terdampak yaitu Desa Balenrejo dan Desa Margomulyo, tak ada korban jiwa, namun kerugian materi diperkirakan ratusan juta rupiah.
 
Sementara, banjir parah mengepung 7 desa di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, banjir diakibatkan luapan Sungai Rongkong, warga terpaksa membenahi tanggul dengan alat seadanya, langkah itu dilakukan demi mencegah air masuk permukiman warga. Banjir membuat warga krisis air bersih dan akses jalan lumpuh.
 
Di tengah cuaca ekstrem, bencana kekeringan justru terjadi di Tuban, Jawa Timur, kekeringan melanda 12 desa di 5 kecamatan. Akibatnya, warga bergantung pada bantuan air bersih dari pemerintah, mereka terpaksa mengantre untuk mendapatkan air bersih, warga harus membeli air seharga Rp5.000 untuk satu jeriken, BPBD Tuban mengerahkan truk tangki untuk mendistribusikan air bersih.

More Articles ...