
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Simulasi Table Top Exercise (TTX) Pedoman HEOC Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota DIY 2025”
Agustus-November 2025-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menegaskan diri sebagai daerah yang tangguh menghadapi bencana dan krisis kesehatan. Sepanjang Agustus hingga November 2025, Dinas Kesehatan DIY bersama PKMK FK-KMK Universitas Gadjah Mada dan Komunitas Relawan Kesiapsiagaan (KREKI) menyelenggarakan Gladi Ruang atau Table Top Exercise (TTX) Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan di lima kabupaten/kota, yaitu Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi momen penting untuk menguji pedoman Health Emergency Operation Center (HEOC) yang telah disusun melalui proses pendampingan intensif pada tahun sebelumnya oleh Dinas Kesehatan DIY. Dalam proses pengembangan Pedoman HEOC tersebut, Dinkes DIY mengundang Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM sebagai fasilitator. Tahun ini, pedoman itu diujicobakan secara langsung dalam TTX di lima kabupaten dan kota dengan pendekatan berbasis simulasi nyata. Setiap daerah menampilkan skenario yang disesuaikan dengan karakteristik risikonya.

Peserta dari berbagai instansi terlibat dalam rangkaian TTX ini, termasuk dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, BPBD, PMI, TNI, Polri, PSC 119, TAGANA, akademisi, dan relawan. Fasilitator dari PKMK FK-KMK UGM memandu jalannya latihan dengan model inject, di mana peserta harus merespons berbagai situasi tak terduga seperti lonjakan korban, krisis logistik, hingga komunikasi yang terputus. Setiap sesi diakhiri dengan kegiatan After Action Review (AAR) untuk menilai efektivitas koordinasi, kecepatan pengambilan keputusan, dan kemampuan aktivasi HEOC di masing-masing daerah
Dinkes Kabupaten Bantul menjadi pembuka pada 21 Agustus 2025 dengan skenario gempa bumi dan banjir bandang yang menimbulkan korban massal. Secara keseluruhan pelaknaaan TTX di Kab. Bantul berjalan dengan baik. Seluruh bidang terkait termasuk ketua HEOC (Kadinkes) dapat menghadiri kegiatan. Setiap peserta sudah memahami tugas dan fungsinya masing-masing termasuk keterlibatan lintas sektor. Beberapa poin rekomendasi dari hasil After Action Review (AAR) TTX ini adalah memperbaharui dokumen rencana kontijensi, HDP, PDP setahun sekali; menyiapkan alat komunikasi alternatif; melatih tim HEOC; menyusun dokumen SOP; mempertimbangkan pelayanan untuk disabilitas dan komunikasi risiko.
Dinkes Kota Yogyakarta menggelar simulasi pada 4 September 2025 dengan skenario banjir besar akibat luapan Sungai Code. Peserta dari dinas kesehatan, puskesmas, PSC 119 YES, dan rumah sakit dilatih untuk mengatur jalur rujukan darurat, menjaga keberlanjutan layanan dasar, dan memastikan komunikasi berjalan efektif saat sistem terganggu. Tantangan selama kegiatan TTX adalah pemain dari internal Dinkes tidak semua dapat mengikuti TTX sehingga ada beberapa pertanyaan yang tidak terjawab secara detail. Namun secara keseluruhan pelaksanaan TTX dapat berjalan dengan baik. Beberapa poin rekomendasi dari hasil AAR TTX adalah melengkapi dan memperbaharui dokumen rencana kontijensi, HDP, PDP setahun sekali; melaksanakan pelatihan dan simulasi; menyusun PDP jika Puskesmas belum memiliki dokumen tersebut; menyusun SOP untuk dilengkapi dalam dokumen disaster plan; koordinasi pendataan secara cepat; melatih tim HEOC; menyusun pedoman dan pelatihan terkait dengan mobilisasi SDM; Pengadaan hotline untuk mempermudah komunikasi distribusi SDM.

Dinkes Kulon Progo, simulasi pada 25 September 2025 mengangkat skenario tsunami Megathrust Selatan Jawa dengan gambaran ribuan warga pesisir yang harus dievakuasi dalam waktu singkat. Peserta dari dinas kesehatan, BPBD, rumah sakit, PMI, dan relawan KREKI melatih kemampuan logistik medis, pendirian pos pengungsian, dan koordinasi lintas instansi ketika komunikasi terputus. Pelaksanaan TTX dapat berjalan dengan baik, terdapat juga kesiapan dari Dinas Kesehatan dengan adanya print out dokumen HEOC sehingga jawaban pemain dapat di cross cek langsung sesuai dokumennya. Ketua HEOC juga dapat menghadiri TTX, sistem komunikasi dan koordinasi dapat disampaikan dengan baik. Beberapa poin rekomendasi dari hasil AAR TTX adalah mengevaluasi, memperbaharui dan mensosialisasikan dokumen rencana kontijensi; menyusun dokumen SOP (contoh: alur komunikasi, koordinasi lintas sekotr untuk penyediaan rumah sakit lapangan, penerimaan relawan, manajemen logistik, manajemen relawan, laporan kegiatan); pengembangan struktur organisasi HEOC pada dokumen rencana kontijensi; penyusunan form exit report/laporan kepulangan; serta menyusun alur pelaksanaan evaluasi.
Dinkes Kabupaten Sleman menggelar simulasi pada 7 Oktober 2025 dengan tema erupsi Gunung Merapi yang menuntut respons cepat terhadap lonjakan pengungsi, penugasan tim bencana, pengaturan alur koordinasi dan manajemen bantuan logistik. Secara keseluruhan simulasi berjalan dengan baik, semua lintas sektor dapan menyampaikan perannya masing-masing. Beberapa poin rekomandasi dari hasil AAR TTX ini adalah memastikan Puskesmas sudah memiliki dokumen PDP; menyusun dokumen SOP (contoh: informasi perkembangan kejadian, aktivasi HEOC, penerimaan logistic, penerimaan SDM, demombilisasi tim); menyusun struktur organisasi HEOC; penyusunan form exit report/laporan kepulangan; menyusun alur pelaksanaan evaluasi.
Dinkes Kabupaten Gunungkidul menutup rangkaian kegiatan pada 11 November 2025 dengan skenario banjir ekstrem yang menyebabkan kerusakan fasilitas kesehatan dan memunculkan ancaman penyakit berbasis air seperti diare dan leptospirosis. Selama pelaksanaan simulasi beberapa pertanyaan belum dapat direspon dnegan jelas karena bidang yang tergabung dalam klaster kesehatan tidak dapat menghadiri kegiatan seperti bagaimana operasi HEOC saat terjadi banjir. Beberapa poin rekomendasi dari hasil AAR TTX ini adalah menyiapkan dokumen rencana kontijensi banjir untuk sektor kesehatan; menyiapkan dokumen PDP; menyusun dokumen SOP (contoh: alur komunikasi informasi peringatan dini, RHA, aktivasi HEOC, kegiatan masing-masing sub klaster kesehatan, koordinasi lintas sektor, koordinasi lintas program, akses penyediaan pembiayaan saat bencana, pencatatan bantuan, pendistribusian logistik, demobilisasi tim, pencatatan bantuan); menyusun dokumen pedoman HEOC; melakukan analisis perhitungan kebutuhan logistik; serta menyusun alur pelaksanaan evaluasi.

Melalui pelaksanaan TTX 2025 ini, DIY membuktikan bahwa kesiapsiagaan tidak berhenti pada penyusunan dokumen, melainkan diwujudkan melalui praktik nyata di lapangan. Uji penerapan pedoman HEOC hasil pendampingan PKMK FK-KMK UGM menunjukkan bahwa koordinasi lintas sektor, pengambilan keputusan berbasis bukti, dan kemampuan komunikasi risiko dapat berjalan efektif ketika diuji dalam kondisi darurat. Pendekatan ini memperkuat budaya kesiapsiagaan yang kolaboratif dan responsif, menjadikan Yogyakarta sebagai contoh daerah yang bukan hanya siap menghadapi bencana, tetapi juga mampu menjaga keberlanjutan layanan kesehatan di tengah krisis yang tak terduga.
Reporter: Vina Yulia Anhar, SKM, MPH

