Seruan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan perang di Gaza adalah panggilan nurani yang seharusnya mengguncang hati dunia. Gaza bukan lagi sekadar berita di layar kaca; ia kini adalah simbol bencana kemanusiaan terbesar di era modern, di mana kehidupan manusia hancur tanpa alasan yang dapat dibenarkan.
Gaza: Hidup di Tengah Reruntuhan
Bayangkan seorang anak kecil berlari di antara puing-puing rumah yang dulu menjadi tempat ia belajar membaca. Bayangkan seorang ibu, memeluk erat bayinya yang lahir tanpa cahaya listrik dan tanpa bantuan medis, hanya berharap keajaiban agar anaknya bisa bertahan hidup. Bayangkan seorang ayah, yang tak lagi punya daya, karena setiap hari hanya dihabiskan menggali reruntuhan dengan tangan kosong untuk mencari keluarganya.
Inilah wajah Gaza hari ini:
Rumah sakit tanpa obat, dokter tanpa alat, pasien tanpa harapan.
Jutaan jiwa terperangkap dalam blokade, tanpa makanan, tanpa air bersih.
Generasi muda yang lebih akrab dengan suara ledakan ketimbang suara guru di ruang kelas.
Apakah dunia tega membiarkan semua ini berlanjut?
Kemanusiaan yang Dipertaruhkan
Perang bisa jadi punya alasan geopolitik, strategi militer, atau narasi keamanan. Tetapi tidak ada justifikasi untuk membiarkan anak-anak mati kelaparan, perempuan kehilangan rumah, dan orang tua dikubur bersama reruntuhan.
Prabowo benar ketika menyerukan bahwa ini bukan lagi sekadar konflik politik. Gaza adalah bencana kemanusiaan yang menuntut kita semua untuk bertindak. Jika dunia terus menutup mata, maka bukan hanya rakyat Gaza yang kalah, tetapi juga nurani kemanusiaan kita bersama.
Tanggung Jawab Dunia
Buka akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Dorong gencatan senjata permanen, agar ada ruang untuk hidup dan harapan tumbuh kembali.
Kemanusiaan tidak mengenal batas negara atau agama. Hari ini Gaza, besok bisa tempat lain. Jika dunia gagal menghentikan tragedi di Gaza, maka kita sedang mewariskan generasi yang terbiasa melihat penderitaan sebagai sesuatu yang wajar.
Penutup
Gaza bukan sekadar wilayah yang diperebutkan. Gaza adalah rumah, sekolah, rumah sakit, dan taman bermain — yang kini tinggal kenangan. Seruan Indonesia agar perang dihentikan adalah alarm bagi dunia: cukup sudah.
Setiap detik penundaan berarti ada nyawa yang hilang. Dunia tidak lagi bisa berdebat di ruang diplomasi sementara tangisan anak-anak Gaza menunggu jawaban.
Saatnya bertindak. Saatnya memilih kemanusiaan.