logo2

ugm-logo

Korban Terdampak Banjir Bandang Boalemo Gorontalo Capai 6.612 Jiwa

GORONTALO, KOMPAS.com – Sebanyak 2.061 Kepala Keluarga (KK) atau 6.612 jiwa warga Kabupaten Boalemo, Gorontalo terdampak banjir bandang yang terjadi akibat hujan keras berkepanjangandengan ketinggian air mencapai 1 meter.

Cuaca ekstrem ini mulai dirasakan pada Jumat yang menyebabkan sungai meluap sampai ke permukiman. Warga yang berada di bantaran sungai sampai pusat kota Kabupaten Boalemo mulai didatangi air bah. Jalan, fasilitas umum dan rumah warga digenangi air.

“Banjir bandang terjadi mulai Sabtu pada sore sampai malam,” kata Mans Mopangga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Senin (19/12/2022).

Akibat bencana ini ribuan warga menjadi korban luapan, air dan lumpur memasuki rumah-rumah warga dan fasilitas umum.

Mans Mopangga mengungkapkan, sebanyak 6.612 jiwa menderita akibat banjir bandang. Mereka berasal dari beberapa desa di Kecamatan Tilamuta

Ia merinci korban terdampak banjir berada di Desa Piloliyanga sebanyak 616 KK atau 2.132 jiwa, Limbato 427 KK atau 1.321 jiwa, Mohunggo 450 KK atau 1350 jiwa, Hungayonaa 25 KK atau 125 jiwa dan di Desa Lamu sebanyak 53 KK atau 214 jiwa.

Selain di Kecamatan Tilamuta, di Kecamatan Dulupi juga terdapat 1470 jiwa atau 490 KK yang terdampak banjir bandang.

Dinas Sosial Bersama Tagana Kabupaten Boalemo sudah melakukan asesmen dan pendataan di korban terdampak di lokasi, mereka juga sudah melakukan evakuasi barang berharga milik korban terdampak, distribusi bantuan makanan.

“Pemerintah juga mengirim bantuan logistik untuk penyintas melalui gudang Dinas Sosial Provinsi Gorontalo dan Baznas Kabupaten Boalemo,” kata Mans Mopangga.

Mans Mopangga menyebut ada sejumlah kendala yang dihadapi di lokasi bencana, antara lain kesulitan mengaskses komunikasi melalui jaringan seluler sehingga petugas di lapangan tidak bisa cepat mengirim laporan hasil asesmen di lokasi banjir.

Hidup di Bawah Bayang-Bayang Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Merdeka.com - Ancaman banjir lahar dingin Semeru masih bisa terjadi sewaktu-waktu. Tetapi warga tetap nekat menyeberangi sungai aliran lahar Semeru untuk beraktivitas sehari-hari.

Pasca banjir lahar dingin yang terjadi pada Sabtu (17/12) lalu, warga bantaran sungai Regoyo masih beraktivitas di sekitar aliran sungai. Mereka mengaku terpaksa karena tidak memiliki alternatif jalan lain.

taboola mid article

Perlu diketahui, banjir lahar dingin mengakibatkan Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur terisolir hingga saat ini.

Hal itu dikarenakan jembatan limpas yang merupakan akses satu-satunya penghubung Dusun tersebut ambles akibat diterjang banjir lahar dingin disertai sisa material erupsi Semeru.

Alhasil, warga setempat harus nekat menantang maut dengan melintasi sungai aliran lahar yang masih deras. Terlihat, sejumlah warga turun langsung melewati aliran sungai lahar untuk bisa menyeberang keluar agar bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

Meski dihantui rasa takut dan trauma, namun tak ada pilihan lain warga setempat untuk bisa melanjutkan aktivitas sehari-hari untuk kelangsungan hidup.

Samsul, warga Sumberlangsep mengaku semenjak jembatan penghubung Dusunnya ambles diterjang banjir lahar, praktis aktivitas warga setempat terhambat.

"Sekarang sulit jalan sudah enggak ada sama sekali, bisa tapi agak sengsara," katanya saat ditemui pada Minggu (18/12).

Ia mengaku khawatir saat menyeberangi sungai lahar material sisa erupsi Semeru ambles dan bisa mencelakai warga yang melintas.

"Semuanya pada kesusahan semua, sebetulnya saya takut, khawatir waktu diinjak (sisa material erupsi) itu ambles, makanya motor saya ditaruh di seberang jalan," jelasnya.

Selain memutus jalur untuk menuju Dusun Sumberlangsep, banjir yang terjadi beberapa waktu lalu juga membuat rumah warga setempat rusak parah.

Terlihat bangunan rumah yang letaknya tak jauh dari sungai Regoyo itu sudah hancur. Sebagian bangunan rumah juga telah terendam material erupsi.

Sementara itu, pihak BPBD Lumajang mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati mengingat adanya potensi terjadinya banjir lahar dan letusan sekunder.

Warga diimbau untuk tetap berhati-hati saat beraktivitas di sepanjang daerah aliran lahar yang berhulu ke Gunung Semeru. Hal ini mengingat intensitas curah hujan di wilayah sekitar sungai aliran lahar masih tinggi.

"Saat ini hujan bisa terjadi sewaktu -waktu meski tidak merata, maka dari itu tingkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, karena sisa material yang berada di Kamar Kajang, Kajar Kuning, Curah Kobokan dan sungai lanang itu masih banyak," ujar Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang Wawan Hadi Siswoyo.

Selain itu, ia juga mengimbau warga untuk terus tingkatkan kewaspadaan akan bagi warga yang meLintasi zona merah mengingat status Gunung Semeru masih pada level 3 Siaga.

"Potensi guguran APG ini masih ada, jadi tetap waspada karena status Semeru masih Siaga level 3," ujarnya.

[rhm]

More Articles ...