logo2

ugm-logo

Vaksin Covid-19 Moderna Sukses Hasilkan Antibodi, Harganya?

A sign marks an entrance to a Moderna, Inc., building, Monday, May 18, 2020, in Cambridge, Mass. Moderna announced Monday, May 18, 2020, that an experimental vaccine against the coronavirus showed encouraging results in very early testing, triggering hoped-for immune responses in eight healthy, middle-aged volunteers.(AP Photo/Bill Sikes)

Jakarta, CNBC Indonesia - Moderna mengumumkan hasil uji klinis vaksin Covid-19 yang diujicobakan kepada orang tua dan lansia sukses hasilkan antibodi penawar. Lantas bila dijual berapa harga vaksin ini?

Vaksin ini sukses hasilkan antibodi setelah dilakukan uji kepada 10 orang berusia 56 tahun hingga 70 tahun serta 10 orang yang berusia 71 tahun ke atas. Vaksin ini juga tidak menunjukkan efek samping yang membahayakan.

Beberapa pasien cuma melaporkan kelelahan, menggigil, sakit kepala dan nyeri di tempat suntikan. Sebagian besar gejala hilang dalam dua hari, ujar Moderna seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (27/8/2020).

 

Pada uji klinis sebelumnya, vaksin Covid-19 buatan Moderna juga sukses menciptakan antibodi pada mereka yang berusia 18 tahun hingga 56 orang. Tidak ditemukan juga efek samping yang membahayakan pada relawan.

Nah, jika dipasarkan berapa harga vaksin Moderna? CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan vaksin ini dijual dengan harga US$32 hingga US$37 per dosis pada sebagian orang. Bila dirupiahkan harganya setara Rp 468 ribu per dosis.

Banyak para ahli memprediksi butuh 2 dosis sekali suntik agar tubuh kebal terhadap virus corona. Jadi kemungkinan dibutuhkan dana Rp 936 ribu per orang.

Stephane Bancel mengungkapkan selama pandemi, vaksin mRNA buatan Moderna akan dijual di bawah nilai wajarnya. Namun setelah pandemi berakhir harganya akan mengikuti harga pasar dan disesuaikan harga vaksin komersial lainnya.

"Kami akan bekerja dengan pasar," ujarnya kepada CNBC International.

7 Nakes Terpapar Covid-19, RS Pratama Yogya Berhentikan Sementara Layanan IGD

TRIBUNJOGJA.COM - Layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS Pratama Kota Yogyakarta dihentikan sampai dengan 30 Agustus setelah tujuh tenaga medisnya terpapar Covid-19.

Ketujuhnya didapat dari hasil tracing terhadap dua orang karyawan yang lebih dulu dinyatakan positif.

Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, tujuh orang tersebut masing-masing berstatus dokter (2), perawat (4) dan tenaga rekam medis (1).

Sampai sejauh ini, seluruhnya masih menjalani perawatan intensif di RS Pratama Yogyakarta.

"Semuanya dirawat di rumah sakit, karena menunjukkan gejala ya, meski beberapa gejalanya hanya ringan saja," katanya, saat dikonfirmasi Rabu (26/8/2020).

Heroe berujar, kasus muncul setelah pihaknya melakukan tracing terhadap dua karyawan yang lebih dulu dinyatakan positif.

Total terdapat 103 orang, meliputi pegawai maupun tenaga kesehatan, yang mengikuti swab test masal.

Dari jumlah tersebut, didapat tujuh orang yang tertular.

Dengan adanya kasus anyar ini, Pemkot pun mengalihkan pelayanan IGD RS Pratama, menuju RSUD Kota Yogyakarta, untuk keperluan sterilisasi menyeluruh, atau disinfektisasi selama dua hari ke depan.

Ia mengatakan, instalasi baru beroperasi lagi mulai 30 Agustus mendatang.

"Sembari menunggu hasil tracing dan swab test terhadap pegawai dan nakes yang sampai saat ini masih terus kita lanjutkan dan semakin diperluas," tambahnya.

Heroe menjelaskan, perluasan tersebut dilakukan dengan menambah jangkauan tracing terhadap para pengunjung RS Pratama, terutama pasien IGD, sejak 5 Agustus silam.

Pihaknya pun bakal mengundang beberapa orang yang masuk dalam data, untuk ditelusuri lebih lanjut.

"Terutama yang merasakan gejala, harus segera periksa. Kalau tanpa gejala pun harus isolasi mandiri. Kita hitung hari-hari yang berpotensi kapan saja, kita coba hubungi beberapa orang yang perlu tracing, supaya sebarannya dapat terkendali," tandasnya.

"Selain itu, kita juga melakukan evaluasi terhadap protokol di IGD, karena setiap kasus harus di-review, apakah ada titik lemah, atau kekurangan. Tapi, untuk saat ini kita belum bisa menyimpulkan," tambah Wakil Wali Kota.

Terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Tri Mardoyo memastikan, dua orang karyawan yang lebih dulu dinyatakan positif Covid-19, tidak terpapar dari pasien.

Ia mengatakan, satu di antara dua orang tersebut punya mobilitas tinggi karena berasal dari Karanganyar.

"Jadi, yang bersangkutan memang sering bolak-balik dari Yogyakarta ke Karanganyar, sehingga mungkin dari situ dia tertularnya, bukan dari pasien," jelas Tri.

More Articles ...