Dalam situasi darurat bencana, sektor kesehatan memiliki peranan penting dalam penyelamatan jiwa manusia. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, diperlukan manajemen bencana yang baik di sektor kesehatan. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak kendala yang dihadapi di lapangan seperti lemahnya koordinasi, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas yang belum siap menghadapi bencana, skill dan petugas kesehatan yang masih kurang. Dari tantangan yang ada, ada beberapa hal yang dapat dikembangkan di tahun 2015, antara lain: pengembangan hospital disaster plan, pelatihan emergency bagi petugas kesehatan, pengarusutamaan manajemen bencana ke dalam pendidikan formal. Pengembangan Manajemen bencana di sektor kesehatan dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi seperti WHO, Kemenkes, Universitas (dalam dan luar negeri), USAID, World Bank, dan LSM. Silakan simak
Buku Standar Minimum untuk Pendidikan pada saat Bencana
Salam tangguh bencana bagi seluruh penggiat bencana yang menjadi pembaca setia website bencana kesehatan ini. Berbicara tentang bencana kita akan ingat dengan perlindungan lebih untuk populasi rentan. Siapa mereka? Tentunya, anak, perempuan, dan lansia.
Marak saat ini kita dengar pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas populasi rentan terhadap bencana, ada peningkatan peran serta lansia dalam kesiapsiagaan bencana salah satunya.
Bagaimana dengan anak-anak yang mana psikologisnya lebih rentan untuk terluka pada saat menghadapi bencana, maka sering kita dapati pendidikan pada saat bencana. Lantas kebutuhan pendidikan seperti apa yang harusnya di dapatkan anak pada setiap pase bencana? siapa yang dapat kita libatkan dalam memberikan pendidikan kepada anak? Serta bagaimana kebijakan yang dikembangkan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas barangkali dapat terjawab oleh buku yang menjadi pilihan kita untuk disajikan bagi pembaca website bencana kesehatan minggu ini. Buku yang digagas oleh INEE (Inter-Agency Network for Education in Emergencies) dan The Sphere Project ini telah dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia. Simak selengkapnya buku ini,
Pembaca sekalian dapat juga menyimak hasil peneltian berikut mengenai cara yang digunakan untuk mengukur kerentanan daerah terhadap cyclones dan banjir. Indikator yang penulis gunakan dalam artikel ini adalah tingkat ancaman bahaya, sensitivitas, dan kemampuan beradaptasi. Tiga indikator ini dibagi lagi ke dalam sub insikator, misalnya indikator sensitivitas salah satunya adalah keadaan kesehatan daerah. Simak selengkapnya artikel ini .
More Articles ...
- Dampak Perubahan Iklim
- Studi Kebijakan Penanggulangan Bencana Alam Berbasis Masyarakat
- Buku Standar Minimum untuk Pendidikan pada saat Bencana
- Formulir Pendaftaran Seminar ASM 2015
- Tahun Baru 2015
- Menggali Lebih Dalam melalui Seminar Internasional Manajemen Bencana Sektor Kesehatan
- Disasters Preparedness: Concepts, Guidances, and Research Introduction
- Pengantar website bencana 7 -13 Oktober 2014
- Pengantar Minggu ini: 23 - 30 September 2014
- Pengantar Website Bencana 30 September -6 Oktober 2014
- Pengantar 16-22 September 2014
- Pengantar Mingguan 9-16 September 2014
- Pengurangan Risiko Bencana