FAJAR.CO.ID, MAMUJU— Upaya Pemprov dan Pemda dalam penanganan dan memberikan imbauan atas terjadimya gempa melalui literasi bencana belum ada penerapan. Alasannya, alokasi anggaran khusus bencana gempa tidak ada.
Padahal, BPBD Sulbar sejak November 2018 lalu hingga Juni 2019 ini, telah mencatat getaran gempa terjadi di atas seribu kali. Itu dari pengaruh Sesar Saddan dengan rata-rata magnitudo 4.0 ke bawah.
Plt Kepala BPBD Sulbar, Darno Majid mengakui, pemahaman bencana belum begitu dipahami masyarakat khususnya di Mamasa terkait gempa bumi. “Kita dan pihak BPBD Kabupaten hanya bisa mengimbau, tetapi untuk membuat masyarakat tidak panik dengan menunjukkan hasil penelitian secara ilmiah belum bisa dilakukan,” ujarnya, kemarin.
Kata dia, pihaknya pernah berkomunikasi dengan pihak lembaga penelitian. Tetapi, untuk memaksimalkan belum bisa dilakukan, pasalnya keterbatasan anggaran. “Kita upayakan di 2020,” kata dia.
Padahal kata Darno Majid, kebutuhan literasi bencana atau pengawasan bencana secara ilmiah itu sangat mendesak. Sebab, aturan-aturan wilayah hingga pendirian bangunan baiknya berdasarkan hasil penelitian demi menjamin keamanan warga ke depan.
Terpisah, Kepala BPBD Mamasa, Daut Sattu mengutarakan, pihaknya pun tidak bisa berbuat banyak karena permasalahan anggaran. “Kita pernah mengusulkan proposal ke Kementerian untuk bantuan alat pendeteksi gempa atau getaran gempa tetapi tidak direspons, baru sekitar Rp400 juta ji,” bebernya.
Untuk itu, pihaknya saat ini hanya bisa melakukan kesiapsiagaan dan turun langsung memberikan imbauan ke warga jika kembali terjadi gampa. “Dalam sebulan puluhan kali gempa itu,” tuturnya. (sal)