logo2

ugm-logo

Pengantar Regional Disaster Plan

Deskripsi Singkat
Tujuan
. Workshop ini diselenggarakan untuk peserta-peserta yang merupakan team-team wilayah agar di akhir workshop mampu menyusun suatu disaster plan yang kemudian dapat diterapkan.

Metode. Workshop ini menggunakan table-top exercise sebagai suatu cara pembelajaran. Dalam table-top exercise yang disiapkan secara sistematik dan berdasar peristiwa dan kondisi nyata suatu bencana, para peserta diminta menghadirkan pengalaman atau pengetahuannya untuk dibahas di meja workshop. Pembahasan diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui proses yang kemudian dihayati oleh peserta dan dapat diterapkan di wilayah masing-masing.

Bahan. Ada enam table-top exercise yang disediakan untuk workshop ini, yang masing-masing meliputi bidang: (1) Manajemen, Koordinasi dan Informasi, (2) Medical Emergency, (3) Logistik Medik, (4) Surveilans Pascabencana, (5) Promosi Kesehatan, dan (6) Mental Health. Keenam table-top exercise ini disertai beberapa bahan acuan. Table-top exercise Manajemen, Koordinasi dan Informasi dijalankan oleh semua peserta dalam kelompok wilayah. Table-top exercise lainnya dilakukan dalam kelompok manajemen teknis yang sesuai dengan bidangnya.

Evaluasi. Pada tiap akhir table-top exercise dilakukan pengumpulan umpan balik peserta; demikian juga pada akhir workshop. Tiga bulan sesudah workshop dilakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang meliputi proses menuju terbentuknya disaster plan. Teramat penting adalah disaster plan itu kemudian dijalankan.


Table-top Exercises
Dalam workshop ini ada enam table-top exercises. Mengenai bagaimana keenam table top exercise ini mengalir ada penjelasan di bagian lain. Di bagian ini diuraikan seperti berikut ini:

Tabletop Exercise 1: Governance
Dampak bencana (bukan sekadar keberadaan bahaya) adalah:

  • Fungsi normal dan kehidupan masyarakat terganggu
  • Bencana melampaui kemampuan mekanisme masyarakat untuk mengatasinya
  • Gangguan yang diakibatkan bencana menyebabkan pulihnya kemampuan untuk berfungsi normal memerlukan perbantuan dari luar.

Exercise ini memberikan situasi yang nyata terjadi dalam salah satu bencana yang telah lewat dan membawa para peserta untuk menanggapi dengan penyelenggaraan governance yang sebaik-baiknya. Kita semua mengetahui bahwa governance di wilayah bencana termasuk mengalami dampak dari bencana.

Tabletop Exercise 2: Medical Emergency
Keadaan emergency yang mengenai suatu populasi dalam bencana, yang dialami langsung oleh manusia adalah medical emergency. Bagaimana komponen-komponen pelayanan kedokteran dan kesehatan setempat, yang juga mengalami dampak bencana, digerakkan untuk memenuhi keadaan akut medical emergency.

Tabletop Exercise 3: Logistik Medik
Bagaimana keberhasilan medical emergency amat bergantung dari pengaturan medical logistics.

Tabletop Exercise 4: Surveilans Pascabencana
Di masa lampau amat mudah diterima apabila dalam kondisi bencana dan dalam kondisi pengungsian terjadi wabah penyakit. Kini letupan wabah bilapun terjadi haruslah dapat ditekan serendah mungkin. Surveilans mendeteksi perubahan trend penyakit karena dengannya kita melakukan pengamatan dan analisis terus-menerus. Tanpa surveilans suatu penyakit yang berpotensi wabah akan muncul terlampau besar untuk diatasi, apabila terjadinya dalam kondisi bencana atau di pengungsian. Surveilans juga membantu evaluasi dan perencanaan program-program kesehatan. Exercise ini menggali dari para pengetahuan peserta dan tanggap yang tepat dalam hal menjalankan surveilans pascabencana.

Tabletop Exercise 5: Promosi Kesehatan
Merupakan bagian penting dalam kesehatan masyarakat dalam bencana adalah mempertahankan dan menegakkan kembali keberadaan program-program promosi kesehatan.

Tabletop Exercise 6: Mental Health
Kesehatan mental merupakan suatu segi kesehatan yang mengalami goncangan akibat bencana. Bagaimana tindak tanggap kita dalam kesehatan mental masyarakat dalam bencana digali dalam exercise ini.

Alur Workshop

alur_workshop

Bagaimana Berperan serta dalam Workshop ini

  • Pertama-tama peserta harus memiliki dan mengutamakan nilai-nilai kerendahan hati (spirit of humility). Di alam ini acap kita mengakui betapa kita sebenarnya adalah mahluk yang tidak berdaya dalam bahaya alam yang berlangsung. Di antara sesama kitapun tidaklah dapat diri kita mengatakan bahwa diri kita unggul dan terunggul daripada yang lain. Kita datang ke dalam workshop ini tidak dengan gelas penuh air ataupun gelas kosong. Kita masih bisa saling memberi dan saling belajar.
  • Dalam setting nyata maupun dalam workshop senantiasa ada kekurangan dan kesalahan. Janganlah kesalahan dituduhkan berasal dari pihak lain. Ibarat tangan kita yang menunjuk orang lain, satu jari ke arah yang lain dan sebenarnya tiga jari menunjuk diri sendiri.
  • Masih dengan ibarat tangan kita. Semua jari menunjukkan kekuatan dan semua celah jari merupakan kelemahan. Ketika tangan-tangan kita bergabung semua celah terisi dengan jari. Kekuatanlah yang muncul dari kebersamaan kita dalam workshop ini.
  • Bolehlah kita mengguna ilmu tiram. Tatkala ada pasir yang menyusup ke dalam tubuh induk tiram, induk tiram akan menanggapi dengan menghasilkan lapis mutiara yang indah. Bila ada rekan workshop menyentuh kelemahan diri kita, bangkitlah dengan pemikiran dan sumbangan pendapat yang positif.
  • Bencana senantiasa berakibat buruk bagi manusia. Kita bermaksud dengan kemampuan kita mencegah akibat buruk manakala bencana akan terjadi lagi. Kita juga belajar dengan kerendahan hati bahwa dalam kondisi buruk bencana masih akan ada kebaikan yang dapat timbul dan mengatasi segala persoalan.