Demikian disampaikan koordinator Advokasi dan Akuntabilitas serta Pengembangan Kapasitas, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Iskandar Leman pada acara Ngobrol Pendidikan Indonesia (Ngopi) bertema 'Kajian Pendidikan di Wilayah Bencana' di Jakarta, baru-baru ini.
Pembicara lainny yang hadir yaitu peneliti Geofisika Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Nugroho Dwi Hananto dan Arif Haryono selaku General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa.
"Memangnya kita sangat ketinggalan dengan Jepang? Tidak juga sebenarnya, karena negara kita itu jadi tempat di mana orang mencontoh," ujar Iskandar.
Sifat mencontoh itulah yang membuat Indonesia cepat bergerak mengikuti, sehingga tidak tertinggal jauh.
Selanjutnya, Iskandar juga menjelaskan tentang perbedaan antara mitigasi dengan pencegahan bencana.
"Mitigasi adalah bagaimana kita mengurangi dampaknya, sedangkan pencegahan, bagaimana kita mengelola bencananya sedemikian rupa sehingga tingkat kekuatannya berkurang,” papar pria yang banyak berpengalaman merancang beragam pelatihan kebencanaan ini.
Untuk melakukan mitigasi bencana, perlu kerja sama berbagai pihak. Karenanya menurut Iskandar ada tujuan bersama yang harus diwujudkan.
"Tujuan bersamanya adalah mengurangi jumlah korban dan jumlah aset yang menjadi rusak karena itu," terang Iskandar.
Pada konteks pendidikan, menurut Iskandar, mitigasi yang harus dilakukan mencakup tiga hal utama. "Pertama, fasilitas. Kedua, bagaimana manajemen rencananya. Dan ketiga adalah pendidikan pengurangan risiko bencana," sebut Iskandar.
Diskusi ini juga bertujuan untuk mengadvokasi konsep pendidikan di wilayah bencana agar dapat masuk dalam kurikulum pendidikan nasional. [wid]