logo2

ugm-logo

Reportase Hari 2 - CC MAP (16 April 2013)

<< Kembali ke TOR 

Pengantar

cc-map-day2

Workshop hari kedua ini membahas tentang kesiapan untuk implementasi dan pengembangan e-health. Pengembangan e-health memerlukan penguatan tim teknis mengenai biomedis dan kelancaran sistem informasi kesehatan yang dibangun suatu daerah. Hari kedua ini masih di hadiri oleh tim dari kedua universitas, Gadjah Mada dan Umea, Sweden. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dan Rumah Sakit Sardjito.

Sesi I : Teknis Biomedis dan Sistem Informasi yang Kuat diperlukan dalam Implementasi dan Pengembangan E-Health

Prof.-LustrumMateri pertama hari kedua ini disampaikan oleh Prof. Ronnie Lundstrom. Prof. Ronnie berasal dari Umea University Hospital (Center for Biomedical Engineering and Radiation Physics) dan Umea University (Departement of Public Health and Clinical Medicine Occupational and Enviromental Medicine). Pada sesi ini, Prof. Ronnie mengenalkan badan-badan di Swedia yang fokus mengembangkan ehealth dan sistem informasi kesehatan, antaralain Umea University Hospital (UHU), Departemennt of Biomedical Engineering and Informatics (UHU/BMEI), Swedish Society for Biomedical Engineering and Physics (MTF), dan Swedish Federation for Medical Informatics (SFMI). Terpenting berikutnya, Prof. Ronnie menjelaskan tentang daerah Vasterbotten Country Council (VCC), merupakan daerah bagian utara Swedia dan daerah yang menerapkan ehealth oleh rumah sakit Umea.

Visi VCC pada tahun 2020 akan menjadi daerah dengan pelayanan dan status kesehatan terbaik di dunia dengan penerapan e-health pada pelayanan kesehatan masyarakat. Saat ini UHU dan BMEI memiliki tugas utama memberikan pelayanan berkualitas, melakukan penelitian, dan pengejaran. Saat ini didukung hingga 5.700 staff untuk mengusahakan pemanfaatan sistem informasi kesehatan yang dilindungi hukum dan regulasi, membuat struktur informasi, membangun inprastruktur, penguatan sistem informasi kesehatan, memfasilitasi berjalannya sistem informasi antar organisasi, dan membuat sistem informasi mudah digunakan dan didapat masyarakat.

Diskusi sesi pertama ini berjalan lancar, beberapa pertanyaan dilontarkan kepada Prof. Ronnie untuk mendapatkan penjelasan lebih mengenai kerja BMEI dan UHU sebagai operator kesehatan di VCC. Materi selengkapnya silahkan klik-disini

Video Arsip Prof. Ronie Lundstrom

Sesi II : Persiapan E-Health dan Carbon Cost Benefit penerapan E-Health

dr.-asa-d2

Menarik, sesi kedua ini secara parallel Dr. Asa Holmner dari Umea University, Sweden dan dr. Lutfan Lazuardi dari Universitas Gadjah Mada yang menyampaikan tentang kesiapan penerapan e-health.

Melanjutkan pembahasan pada sesi I, Asa kembali menjelaskan sedikit kesiapan Swedia dalam menerapkan ehealth. Kemudian, Asa lebih menjelaskan tentang komponen sistem informasi seperti mobile, wifi, kestabilan pasokan listrik, dan kemampuan menangkap dan menyimpan format data digital. Di Sswedia ada jaringan teknologi informasi sejak tahun 2002 dimana pelayanan kesehatan di Swedia terhubung dengan jaringan yang disediakan SJUNET. 

luthfandr. Lutfan melanjutkan pemaparan mengenai survey sistem informasi di Indonesia. Diketahui bahwa pengetahuan petugas sistem kesehatan dinas kesehatan masih rendah. Padahal di Indonesia terdapat hampir 9000 puskesmas yang tersebar baik di daerah kota hingga daerah terpencil. Penerapan ehealth menjadi tantangan bagi Indonesia karena kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten mengenai sistem informasi, kurangnya dukungan kebijakan dan regulasi, keterbatasan inpastruktur, sosiokultur dimana masyarakat masih menganggap sangat penting bertemu langsung dengan dokter praktek, dan memerlukan biaya investasi yang tinggi.

Diskusi berlanjut dengan peserta yang antusias ingin mengetahui perkiraan hambatan implementasi telemedicine di daerah. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa tantangannya mengenai biaya, budaya organisasi yang menganggap sistem informasi justru menyulitkan pekerjaan, dan kurangnya kemauan dari tenaga kesehatan. Sedangkan infrastruktur, kurangnya tenaga ahli, kurangnya dukungan kebijakan dianggap tidak terlalu menghambat.

Sesi III: Kesiapsiagaan dalam Kebencanaan

dr-bellaSesi ketiga diisi oleh pembicara dari Pokja Bencana FK UGM. Pokja Bencana diwakili dr. Bella Donna, dr. Handoyo, dan dr. Hendro. Pokja bencana berkesempatan menjelaskan tentang kegiatan Pokja Bencana sejak tahun 2007 dan pengalaman penanggulangan beberapa bencana di Indonesia.

dr. Bella menceritakan sejarah berdirinya Divisi Bencana yang berada di bawah Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM. Kini Divisi Bencana juga bergabung dalam Pokja Bencana FK UGM bersama Rumah Sakit Sardjito dan Rumah Sakit Akademik dan aktif hingga saat ini. Pokja Bencana mengembangkan Hospital Disaster Plan (HDP) dan Regional Disaster Plan (RDP), kurikulum kebencanaan, dan pananggulangan bencana. Bencana kerap terjadi di Indonesia, dan UGM sebagai universitas terkemuka dirasakan perlu membentuk pokja yang khusus menangani tentang bencana. Materi dr.Bella dan dr. Handoyo silahkan klik-disini

Arsip Video dr Bella Dona

dr. handoyo, selaku ketua Pokja Bencana FK UGM melanjutkan presentasi mengenai beberapa bencana yang terjadi, seperti letusan Gunung Merapi Jogjakarta dan banjir Jakarta. Beragam pembelajaran telah diperoleh dari kejadian bencana tersebut terkait persiapan yang harus disiapkan rumah sakit dan pemerintah jika terjadi bencana. Kemudian, dikembangkan Hospital Disaster Plan sejak beberapa tahun lalu guna mempersiapkan rumah sakit menghadapi bencana. Sementara, untuk tingkat daerah dikembangkan Regional Disaster Plan atau Regional Management Disaster Plan (RMDP). Keberadaan RMDP memerlukan komponen yang saling mendukung seperti aspek legal, pendanaan, perencanaan, keberadaan institusi, dan pengembangan tim.

Arsip Video dr. Handoyo

dr-wartatmo

Kegiatan workshop hari ini ditutup dengan diskusi cukup panjang. Rekan dari Umea University tertarik dengan keberadaan Indonesia sebagai negara yang sering dilanda bencana. Hal unik dan menimbulkan pertanyaan bagaimana sikap Indonesia menghadapi keadaan daerah yang seperti ini. dr. Hendro Wartatmo sebagai salah satu Advisory Board Pokja Bencana FK UGM, kembali menceritakan sejarah pokja bencana di FK UGM. Berawal dari bencana gempa tsunami Aceh dan Bantul, hampir dipastikan bahwa kerusakan dan banyaknya korban pada saat bencana terjadi karena kita memang tidak memiliki konsep menajemen bencana dan pengetahuan kesadaran masyarakat rendah terhadap bencana. Berawal dari itulah dirintis Pokja Bencana yang berpartisipasi dalam pendidikan, pelatihan, dan penanganan penanggulangan bencana di Indonesia.

Arsip Video Sesi Diskusi

Reportase lainnya:


hari-1 hari-2 hari-3 hari-4 hari-5

Reportase Hari 1 - CC MAP (15 April 2013)

<< Kembali ke TOR

Pengantar

Workshop Climate Change and Adaptation Policies in the Health Sector oleh FK UGM dan Umea University merupakan kegiatan lanjutan dari workshop serupa yang pernah diselenggarakan pada awal tahun 2013 di Swedia. Workshop kali ini diarahkan langsung untuk melihat keadaan Kabupaten Gunung Kidul sebagai daerah yang akan menjadi model percontohan pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Pembukaan

KusnantoWorkshop CC MAP dimulai dengan sambutan yang diberikan oleh Prof. Hari Kusnanto. Dalam sambutannya, Prof. Hari Kusnanto mengucapkan terimakasih atas kedatangan rekan-rekan dari Umea University, Sweden. Pada hari ini bersama-sama berkumpul dalam suatu forum workshop untuk merumuskan dan memikirkan mengenai tantangan climate change terhadap kesehatan. Workshop ini sangat berharga manfaatnya bagi kedua universitas dan kedua negara dalam menghadapi dampak climate change.

sambutan-dekan-fk-ugmSambutan sekaligus pembukaan secara resmi dilakukan oleh Prof. DR. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Beliau sangat senang dengan adanya workshop ini karena mampu mempertemukan kedua universitas dan pemerintahan kabupaten Gunung Kidul. Gunung Kidul menjadi daerah target guna dilakukan mitigasi dan adaptasi kesehatan untuk tindakan awal terkait dampak climate change terhadap kesehatan masyarakat.

Hubungan kerjasama ditandai dengan pertukaran kenang-kenangan antara universitas Gadjah Mada diwakili Dekan FK UGM dengan Umea University yang diwakili oleh Dr. Maria Nelson.

Perkenalan CC MAP Project

perkenalan-cc-pam

Dr. Maria Nelson mewakili untuk menjelaskan seputar CC MAP Project pada seluruh peserta workshop. CC MAP project bertujuan sebagai upaya penguatan adaptasi mitigasi disektor kesehatan dalam menghadapi dampak climate change bagi kedua negara, Indonesia dan Swedia. Selama ini, hal yang dilakukan dalam upaya penyebaran informasi mengenai dampak climate change terhadap kesehatan antara lain, melakukan penelitian mengenai climate change, mengadakan kajian kebijakan kesehatan menghadapi climate change antara Indonesia dan Swedia, memulai project e-health di Gunung Kidul, Indonesia dan Vasternbottens Country Council, Swedia, dan upaya diseminasi hasil workshop selama ini kepada pemerintah dan penyebaran informasi melalui media massa. Materi selengkapnya silahkan klik-disini

Sesi I : Effect on Health in the District as a Result of Climate Change

joacimJoacim Rocklöv beraffiliasi di Epidemiologi Gobal Halsa, Umeå University. Joacim merupakan peneliti yang berfokus mendalami hubungan perubahan iklim, cuaca, dan kesehatan. Fokus pemaparan Joacim mengenai efek climate change terhadap kesehatan. Peningkatan suhu satu derajat saja akan berdampak pada berubahnya pola perkembangbiakan vektor penyakit serta perubahan lingkungan, untuk itu sedini mungkin diperlukan adaptasi dan mitigasi terhadap climate change.

Beberapa kasus di Indonesia yang diperkirakan sebagai dampak climate change sebagai berikut:

  1. Dampak climate change dirasakan oleh masyarakat pinggiran pantai. Peningkatan permukaan laut dan menurunnya populasi karang sehingga warga yang menggantungkan hidup dengan mencari kerang akan merasakan dampaknya.
  2. Banjir juga kerap terjadi karena curah hujan yang tinggi dan berkepanjangan.
  3. Masyarakat pertanian akan merasakan dampak climate change yang berhubungan dengan proses presipitasion.
  4. Peningkatan suhu bumi satu derajat menyebabkan banyaknya kebakaran hutan. Kejadian El Nino tahun 1997 berdampak pada 6,8 juta hektar hutan terbakar.
  5. Contohnya di Sleman yang masih menghadapi malaria dan dengue. Karena perubahan cuaca sensitif sekali mempengaruhi populasi dengue dan malaria.
  6. Waterborne deseases mengalami peningkatan jumlah penyakit kolera, selalu terjadi di Tanggerang. Sama halnya seperti di Swedia yang terjadi peningkatan alga pada musim tertentu.

Diadakan e-survey singkat mengenai pengetahuan tentang climate change. Dihasilkan data yang kurang menggembirakan, dimana separuh responde menganggap climate change bukan issu global yang penting dibanding peperangan dan terorisme. Materi selegkapnya  klik-disini


Kusnanto-2Kemudian, dilanjutkan pemaparan oleh Prof. Hari Kusnanto mengenai dampak kesehatan akibat climate change. Khusus di Indonesia terjadi peningkatan titik kekeringan sedangkan pada daerah lain terjadi kelebihan air yang juga tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, terjadi pula perubahan penyakit diare yang terjadi sepanjang tahun. Sekarang diare tidak saja ditemukan pada musim penghujan tetapi juga musim kemarau. Di Jogjakarta, peningkatan kasus asma terjadi biasanya pada bulan Juli tiap tahunnya karena ini bulan-bulan dingin. Uniknya di Gunung Kidul terjadi kekeringan yang berkepanjangan akibatnya debu PM mencemari udara dan mengganggu pernafasan warga.

Kerugian jangka pendek dan panjang banjir adalah kehilangan harta benda dan menjadi korban. Sedangkan, jangka panjangnya terjadi malnutrisi dan penyakit infeksi. Efek climate change terhadap vektor penyakit memiliki hubungan yang erat. Dengan curah hujan yang tinggi maka terjadi peningkatan jumlah mikroba penyebab diare dan penularannya menjadi lebih mudah terbawa air. Sebaliknya malah terjadi penurunan populasi larva nyamuk karena tersapu dari habitatnya akibat banjir atau aliran air.

Telah jelas dampak langsung dan tidak langsung climate change terhadap sektor kesehatan. Namun, kesadaran melakukan adaptasi dan mitigasi masih rendah bagi banyak masyarakat, terutama masyarakat miskin yang justru menerima dampak paling besar. Penelitian tentang climate change masih seputar survey dan kualitatif, tantangan ke depannya diperlukan penelitian dan diskusi secara kuantitatif.

Sesi II: Decision Making Process in Health in Gunung Kidul

dinkes-GKMateri tentang kebijakan sektor kesehatan di Gunung Kidul di sampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan. Beberapa masalah tersebut sntara lain masalah kesehatan Gunung Kidul seperti, angka kematian ibu (14 kasus tahun 2011) dan kematian bayi tinggi (109 kasus tahun 2011), penyakit menular (DB, TB, HIVAIDS), kurang gizi, buruknya perilaku kesehatan, peningkatan penyakit degenertif, manajemen obat, dan manajemen sistem informasi.

Kebijakan penanggulangan meliputi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan kepada masyarakat miskin, pendekatan perorangan dan kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan gizi masyarakat, pencegahan penyakit, menjalin kerjasama, perapian penyimpanan dan pelaporan dokumen kesehatan.

Materi ini mengundang banyak pertanyaan dari rekan-rekan Umea University. Rata-rata dari mereka ingin mengetahui lebih tentang geografis Gunung Kidul, statistik kesehatan terutama mengenai angka kematian ibu dan anak serta meningkatnya kasus bunuh diri yang terjadi dalam masyarakat, dan keadaan arsip dokumen kesehatan saat ini. Materi selengkapnya silahkan klik-disini


dinkes-GK2

Ehealth situasi di Gunung Kidul disampaikan oleh Kartini sebagai wakil dari Dinas Kesehatan dan pemegang salah satu program kesehatan. Dengan 30 puskesmas dan 3 rumah sakit, sistem informasi kesehatan Gunung Kidul telah menggunakan sistem informasi kesehatan terutama sistem informasi puskesmas dan IHIS yang ada di Dinas Kesehatan. Namun, penggunaan sistem informasi ini masih bersama-sama dengan metode lama, dimana pencatatan secara manual dan penumpukan dokumen masih bisa ditemukan.

Tantangan penerapan sistem informasi di Gunung Kidul pada sumberdaya yang masih terbatas baik dalam jumlah dan kualitas serta keterbatasan insfrastruktur yang dimiliki Gunung Kidul. Peluang ke depan, Gunung Kidul sangat terbuka untuk bekerjasama dalam penguatan sistem informasi kesehatan sebab perubahan dan belajar merupakan kunci kesuksesan yang diyakini Gunung Kidul. Materi selengkapnya silahkan  klik-disini


Reportase lainnya:


hari-1 hari-2 hari-3 hari-4 hari-5
Di dunia magis kasino online, Spin Gratis adalah salah satu bonus yang paling dicari, menawarkan pemain kesempatan untuk memutar gulungan permainan slot tanpa mempertaruhkan uang mereka sendiri. Pemain Austria memiliki berbagai pilihan fantastis untuk menikmati bonus ini, dan panduan komprehensif kami untuk https://smartbonus.at/freispiele/ Free Spins memberikan wawasan mendetail tentang penawaran Free Spins terbaik yang tersedia. Panduan ini dirancang untuk membantu pemain pemula dan berpengalaman menavigasi berbagai bonus Free Spins yang ditawarkan oleh kasino online top Austria. Panduan kami mempelajari mekanisme Free Spins, menjelaskan cara kerjanya dan cara memaksimalkan potensinya. Baik itu bagian dari paket sambutan atau penawaran yang berdiri sendiri, penting untuk memahami syarat dan ketentuan, seperti persyaratan taruhan dan batasan permainan. Perbandingan dan ulasan kami tentang berbagai penawaran spin gratis memastikan Anda memiliki informasi terbaru di ujung jari Anda. Kami juga memberikan tips ahli tentang cara mendapatkan hasil maksimal dari putaran gratis ini dan meningkatkan peluang Anda untuk mengubahnya menjadi kemenangan nyata. Dengan panduan kami, Anda akan diperlengkapi dengan baik untuk memanfaatkan penawaran spin gratis terbaik di Austria, menjadikan setiap sesi slot lebih menarik dan berpotensi memberi Anda hadiah.