Banjir yang merendam dua desa di Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang, kembali membuka mata kita tentang rapuhnya sistem mitigasi bencana di daerah pedalaman Kalimantan Barat. Desa Kuala Tiga menjadi wilayah yang paling parah terdampak, dengan ketinggian air mencapai lutut hingga pinggang orang dewasa. Aktivitas masyarakat lumpuh, sekolah tidak berjalan, dan sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Penyebab Utama
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab utama banjir ini. Pertama, intensitas curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir meningkatkan debit air sungai hingga meluap ke pemukiman warga. Kedua, tata kelola lahan yang tidak terkendali, khususnya pembukaan hutan untuk perkebunan dan aktivitas penebangan liar, membuat daerah resapan air semakin berkurang. Ketiga, infrastruktur drainase dan tanggul di desa-desa pedalaman masih sangat minim, sehingga banjir menjadi sulit terkendali ketika curah hujan ekstrem melanda.
Kondisi Terkini
Berdasarkan laporan sementara, air masih menggenangi pemukiman warga. Akses jalan menuju desa terdampak sulit dilalui, dan distribusi bantuan logistik menjadi terhambat. Pemerintah daerah bersama BPBD Sintang telah menyalurkan bantuan darurat, termasuk bahan makanan dan obat-obatan. Namun, kondisi banjir diprediksi akan bertahan selama curah hujan tinggi masih berlangsung.
Analisis
Peristiwa ini menegaskan bahwa banjir di Sintang bukanlah sekadar bencana alam, melainkan akumulasi dari kebijakan tata ruang dan pengelolaan lingkungan yang lemah. Kerusakan hutan yang terus meningkat tanpa kompensasi berupa konservasi atau infrastruktur resapan air memperburuk kondisi hidrologis daerah. Pemerintah daerah perlu bergerak cepat, tidak hanya dalam aspek tanggap darurat, tetapi juga dalam merancang strategi jangka panjang untuk pengendalian banjir.
Banjir di Tempunak, Sintang, adalah alarm keras bahwa bencana tidak hanya datang dari langit, melainkan juga dari tangan manusia yang abai pada keseimbangan alam. Tanpa langkah konkret berupa rehabilitasi hutan, pembangunan infrastruktur pengendali banjir, serta kesadaran masyarakat terhadap tata kelola lingkungan, banjir akan terus menjadi tamu tahunan yang menyengsarakan.