Hari 1

Pada Senin, 28 Juli 2025, pelatihan dimulai. Kegiatan dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Hendro Saputro, S.Si selaku Ketua Tim Kerja Perencanaan dan Pengembangan Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi bidang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Dalam sambutannya, Hendro menyampaikan bahwa Direktorat Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes RI mendukung penuh pelatihan ini dan berharap para peserta mampu mencapai tujuan kegiatan dan membawa pulang ilmu yang dapat diimplementasikan di institusi masing-masing. Selanjutnya, perwakilan dari US CDC Indonesia, Amalya Mangiri, M.Sc.PH menyampaikan sambutannya dan membuka kegiatan. Amalya mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan seluruh narasumber serta penulis modul dan kurikulum kegiatan.
Selanjutnya, kegiatan dipandu oleh Andriani Yulianti, MPH dengan mengajak para peserta untuk meregangkan badan, memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, dan timekeeper. Pelatihan pun resmi dimulai dengan sesi materi yang pertama disampaikan oleh dr. Bella Donna, M.Kes mengenai manajemen simulasi KLB/wabah yang berpotensi krisis kesehatan. Pada materi ini dijelaskan mengenai jenis-jenis simulasi, tahapan persiapan simulasi, dan tahap operasionalisasi simulasi. Materi ini menjadi salah satu materi inti pelatihan, maka diharapkan para peserta akan lebih memahami materi ini dengan menyimak pemaparan dan mengikuti proses penugasan.
Materi berikutnya adalah mengenai Kebijakan Pengendalian Penyakit Menular Berpotensi KLB/Wabah yang dipaparkan oleh Emita Ajis, SKM., MPH selaku perwakilan Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI, mulai dari kebijakan di tingkat internasional dan nasional, bagaimana alur pengendalian penyakit menular berpotensi KLB/Wabah, dan strategi yang telah diimplementasikan di tingkat nasional dan lokal. Setelah itu, perwakilan dari Pusat Krisis Kemenkes RI melanjutkan dengan Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan oleh Albert Nomeri, S.Sos yang menjelaskan secara lengkap konsep krisis kesehatan, bagaimana proses eskalasi dari KLB/wabah menjadi krisis kesehatan, serta regulasi dan kebijakan yang mengatur hal-hal tersebut. Terakhir, materi di hari pertama ditutup dengan pemaparan oleh Indri Sri Arti Ginting, SIP selaku perwakilan BNPB mengenai Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana.
Hari 2

Kegiatan pelatihan memasuki hari kedua, yakni pada Selasa, 29 Juli 2025. Kegiatan diawali dengan refleksi dari pemaparan materi yang telah diberikan pada hari pertama, yang disampaikan oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Kudiyana, SKM., M.Sc. Setelah memberikan refleksi, forum kemudian dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi.

Materi pertama di hari ini yakni tentang “Teknik Penyusunan Rancangan Simulasi KLB/Wabah yang Berpotensi Krisis Kesehatan” disampaikan secara maraton oleh tiga narasumber. Narasumber pertama, dr. Alif Indiralarasati, menyampaikan materi mengenai komponen rancangan simulasi yang memberikan gambaran secara umum rancangan simulasi yang menjadi salah satu komponen proses persiapan melaksanakan simulasi. Narasumber kedua, Nining Puji Lestari, SKM., MPH, menjelaskan tentang pengembangan skenario. Proses ini menjadi salah satu kunci pelaksanaan simulasi, karena para panitia yang nantinya akan menyelenggarakan simulasi harus mempersiapkan skenario apa yang akan dimainkan pada saat simulasi. Prinsip dasar pengembangan skenario adalah harus berbasis data dan konteks lokal, sesuai tujuan, mengandung variabel tak terduga, mempertimbangkan kerentanan populasi dan ketimpangan akses layanan kesehatan, mengintegrasikan faktor realisme birokrasi dan kendala anggaran, melibatkan multistakeholder, dan kedekatan dengan fakta dan tantangan. Narasumber ketiga, apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid, melanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana mengkonversi skenario menjadi Rencana Informasi Gladi (RIG), Rencana Operasi Gladi (ROG), dan Tactical Floor Game (TFG). Proses ini juga tidak kalah penting karena akan menentukan proses operasionalisasi gladi.
Setelah memahami penyusunan rancangan simulasi, tahap berikutnya adalah “Teknik Evaluasi Simulasi”. Proses ini dilakukan terus menerus pada saat sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan simulasi. Materi ini disampaikan oleh Fajar Qadri, S.Kep., Ns yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Beliau menyampaikan teknik untuk melakukan evaluasi konten, evaluasi penyelenggara, dan bagaimana menyusun laporan kegiatan pelaksanaan simulasi.

Pada sesi siang hari, para peserta didampingi oleh fasilitator yang berasal dari PKMK FK-KMK UGM, Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, mulai mengerjakan penugasan. Penugasan pada hari ini melingkupi pengembangan skenario dan konversi skenario menjadi RIG dan ROG. Para peserta dibagi menjadi 6 kelompok sesuai dengan asal institusi masing-masing, sedangkan para fasilitator mendampingi masing-masing kelompok tersebut. Penugasan diawali dengan membantu para peserta memilih dan memutuskan untuk menggunakan satu skenario khusus tertentu, kemudian menjawab pertanyaan yang telah dituliskan pada lembar penugasan. Setelah selesai menjawab pertanyaan untuk mengembangkan skenario, peserta kemudian memindahkan skenario tersebut ke dalam format RIG dan ROG.
Hari 3
Mengawali hari ketiga, para peserta diberikan kesempatan review materi yang telah disampaikan pada hari kedua. Kegiatan ini dipimpin oleh perwakilan dari Dinkes Kota Yogyakarta. Kemudian, perwakilan dari Dinkes Kabupaten Kulon Progo melanjutkan dengan memaparkan hasil diskusi timnya untuk mengembangkan skenario simulasi. Mereka mengusulkan untuk membuat simulasi dari kejadian tanah longsor yang diperberat dengan temuan KLB di beberapa lokasi pengungsian.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi anti korupsi oleh drg. Puti Aulia Rahma, MPH, CFE yang menitikberatkan pada fraud di dalam sistem kesehatan khususnya pada penanganan KLB/wabah dan krisis kesehatan. Setelah penyampaian materi, para peserta melanjutkan diskusi dan finalisasi persiapan penyelenggaraan simulasi yang dipandu oleh para fasilitator hingga jadwal kegiatan di hari ketiga berakhir. Persiapan yang harus disiapkan adalah skenario, inject, sumber daya manusia yang akan menjadi pemain, undangan untuk menjadi evaluator dan observer, peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan simulasi, dan susunan acara kegiatan.

Di akhir sesi, setiap kelompok melakukan pemaparan hasil diskusinya dan para fasilitator pelatihan memberikan masukan untuk hasil rancangan para peserta. Para fasilitator lalu menjelaskan teknis pelaksanaan kegiatan simulasi yang akan menjadi sesi aktualisasi hasil pelatihan oleh para peserta. Dari kegiatan ini, para peserta sangat aktif dan semakin memahami konsep KLB, wabah, dan krisis kesehatan. Begitu pula dengan proses penyelenggaraan simulasi.
Hari 4
Memasuki akhir dari rangkaian Pelatihan Penyusunan Rancangan Simulasi KLB/Wabah yang Berpotensi Krisis Kesehatan, acara diawali dengan refleksi yang disampaikan oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Kulon Progo. Kemudian, para peserta langsung menjalankan praktik penyelenggaraan simulasi dengan bentuk tabletop exercise. Pada sesi di pagi hari, bertugas sebagai panitia penyelenggara simulasi adalah peserta dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Kelompok ini menggunakan kasus leptospirosis dengan pemberatan kasus bersamaan dengan adanya kegiatan festival dan karnaval yang menyebabkan tingkat eskalasi kasus sampai pada krisis kesehatan. Di sesi tersebut, nampak bahwa para peserta yang berperan sebagai panitia penyelenggara telah mampu menyelenggarakan simulasi secara mandiri, sedangkan peserta yang mengikuti simulasi juga dapat memposisikan dan bermain peran secara baik.

Pada sesi siang hari, dilanjutkan dengan simulasi dan permainan peran dari kelompok berikutnya. Para peserta yang sebelumnya menjadi panitia penyelenggara kemudian berperan sebagai peserta simulasi. Sedangkan tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, berperan sebagai panitia penyelenggara. Kelompok ini menggunakan skenario kasus MERS-CoV yang didapatkan dari para jamaah haji yang baru berkunjung dari Arab Saudi. Pada sesi ini, nampak proses penyelenggaraan simulasi berjalan dengan lebih baik lagi. Para peserta tetap antusias hingga penghujung kegiatan.

Kegiatan ini ditutup dengan perumusan Rencana Tindak Lanjut agar para peserta mampu membawa kesimpulan dan poin-poin yang dapat ditindaklanjuti ketika kembali ke institusinya masing-masing. Pelatihan kemudian diakhiri dengan penutup yang disampaikan oleh Setiyo Harini, SKM., MPH selaku Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Beliau menuturkan bahwa pelatihan ini sejak awal dibentuk memang diharapkan untuk melengkapi dan mengevaluasi kurikulum yang telah disusun dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan pelatihan. Setyo mengharapkan agar hasil dari pelatihan ini dapat diduplikasi dan digunakan oleh para peserta ketika kembali ke institusinya masing-masing.

Di akhir acara, terdapat nominasi peserta teraktif selama penyampaian materi, peserta teraktif selama simulasi, dan peserta terbaik yang penilaiannya didasarkan pada observasi seluruh narasumber dan fasilitator kegiatan. Besar harapan tim panitia penyusun kurikulum dan penyelenggara pelatihan agar pelatihan ini membawa manfaat untuk khalayak luas, khususnya dinas kesehatan kabupaten, kota, dan provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Semoga rencana tindak lanjut yang telah disusun dan disepakati dapat terealisasi dan meningkatkan upaya kesiapsiagaan menghadapi KLB/wabah yang berpotensi krisis kesehatan.Alif Ind