Jalur mudik di pulau Jawa bukan cuma dibayangi 10 titik kemacetan lalu lintas. Jalur mudik berbasis rel (kereta api) pun disertai titik rawan bencana alam. Bahkan jumlahnya mencapai 500 titik yang terbentang dari Jawa Barat (Jabar) hingga Jawa Timur (Jatim).
Hal ini disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi usai memimpin apel pasukan mudik Lebaran 2018 di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (5/6/2018). Di masing-masing provinsi pun jenis ancaman bencananya berbeda.
Bencana alam longsor paling rawan terjadi di Jabar. Antara lain di Tasikmalaya, Garut, Bogor, dan jalur Bogor-Sukabumi. Sementara ancaman jalur amblas dan banjir ada di Jatim, termasuk di jalur Porong-Sidoarjo yang kerap banjir ketika hujan deras.
Seluruh titik rawan bencana alam ini sudah dipetakan. Itu sebabnya Budi pun memerintahkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan jajaran Kementerian Perhubungan agar menempatkan para petugas untuk memantau langsung kondisi alam di seluruh titik rawan itu.
"Saya mengimbau rekan-rekan di lapangan agar berkoordinasi dengan Balai Teknik Kereta Api, tempat mewaspadai gangguan alam, khususnya antisipasi banjir dan longsor, serta dampak cuaca," tukas Budi dikutip Kumparan.
Budi juga sudah meminta TNI dan Polri meningkatkan keamanan secara terbuka dan tertutup di seluruh lokasi, termasuk lokasi rawan longsor, banjir, dan stasiun. Jadi para personel TNI dan Polri pun ikut mengamankan kegiatan mudik beserta fasilitasnya.
Sementara Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan antisipasi sudah dilakukan sejak 13 April lalu, termasuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas jalur yang rawan longsor dan banjir. Hal itu terutama dilakukan di Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto dan Daop 7 Madiun.
Adapun di wilayah Daop 4 yang membentang dari Tegal hingga Cepu dan Gundih sepanjang 353 km di Jateng, ada lima titik rawan banjir dan longsor. Namun Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang, Suprapto, kepada Okezone mengatakan ada 97 orang petugas yang disiapkan memantau lima titik rawan tersebut.
Masing-masing titik rawan itu terdapat di Krengseng - Plabuan, KM 53 + 0/4; Plabuan - Kuripan, KM 55 + 1/2; Plabuan - Kuripan, KM 55 + 0/6; Kedungjati - Karangsono, KM 60 + 7/8; dan Semarang Tawang - Alastua, KM 2 - KM 3.
Daop 4 juga menyiapkan alat material untuk siaga (AMUS). Masing-masing ada di Stasiun Tegal, Pekalongan, Kalibodri, Semarang Tawang, Alas Tua, Brumbung, Gundih, Cepu, dan Gambringan.
"PT KAI Daop 4 Semarang telah melaksanakan perbaikan dan penguatan pendukung fondasi tubuh badan rel, serta menambah tenaga pemeriksa jalur rel atau petugas penilik jalur rel ekstra sebanyak 97 petugas," kata Suprapto, Sabtu (2/6) lalu.
Di sisi lain, Budi menyarankan masyarakat untuk mengundur keberangkatan mudik hingga tanggal 10-11 Juni. Maklum, puncak arus mudik di Pulau Jawa diperkirakan bergeser lebih awal menjadi pada 9 Juni.
"Kami menyarankan pada para pemudik tidak mudik pada tanggal 8-9 dan 12-13 karena itu adalah puncak mudik, kalau bisa tanggal 10-11 itu lebih longgar," kata Budi seusai pertemuan koordinasi pengamanan hari raya Idulfitri 1439 H di Mabes Polri, Jakarta, seperti dilansir detikcom, Selasa (5/6).
Budi pun tetap mempersiapkan seluruh fasilitas transportasi dengan baik. Budi berharap kegiatan mudik 2018 ini berjalan lancar seperti halnya mudik 2017.
"Dari catatan kecelakaan, ada penurunan tahun lalu 30 persen. Oleh karenanya, imbauan penggunaan motor dan ramp check jadi penting," ujar Budi.
Fasilitas transportasi seperti jalan tol pun kini makin memadai karena meliputi Jakarta-Surabaya. Namun, Budi mengingatkan bahwa jalan tol Trans Jawa bukan segalanya lantaran masih tetap ada jalur arteri Pantura dan kondisinya baik.