Jakarta - Gempa bumi mengguncang Bawean, Jawa Timur pada Jumat kemarin. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan analisis terkait gempa Bawean M 5,9 dan M 6,5 tersebut.
BMKG menyebutkan gempa kuat di Bawean dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau mendatar (strike-slip) di Laut Jawa. Berikut fakta-fakta seputar gempa Bawean 22 Maret 2024:
1. Pemicu Gempa Bawean 22 Maret 2024
Gempa Bawean 22 Maret merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Gempa bumi tersebut dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser/mendatar (strike-slip) di Laut Jawa.
Episenter gempaBawean ternyata terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan episenter gempa terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut) menurut paper yang dipublikasikan Peter Lunt (2019).
Jalur sesar ini berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.
2. Gempa Bawean Bersifat Merusak (Destruktif)
Daryono mengatakan gempa Bawean menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean, tetapi kerusakan akibat gempa juga terjadi di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.
Selain itu, guncangan gempa Bawean ini dirasakan hingga daerah Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.
Berdasarkan dataBPBD Jatim, total rumah rusak ringan sebanyak 2.654 unit, rumah rusak sedang 1.177 unit, dan rumah rusak berat sebanyak 779 unit. Kemudian sekolah rusak sebanyak 78 unit, rumah sakit 5 unit, tempat ibadah 156 unit, dan gedung 8 unit.
3. Gempa Tidak Berpotensi Tsunami
Hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan bahwa gempa Bawean 22 Maret 2024 tidak berpotensi tsunami. Data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami.
4. Gempa Bawean di Zona Aktivitas Kegempaan Rendah (Low Seismicity)
Daryono menyampaikan masyarakat awam menilai gempa Bawean sebagai 'gempa tidak lazim' karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal. Selama ini, lanjut dia, wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam (deep focus) akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500-600 km.
Daryono juga menerangkan wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar/patahan yang berusia tua.
5. Gempa Susulan Lebih Besar
Gempa susulan Bawean memiliki magnitudo lebih besar (M 6,5) dari gempa pertama (M 5,9). Daryono menerangkan hal tersebut dapat terjadi karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M 6,5) mengalami pecah belakangan, salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama (M 5,9) dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil.
Daryono mengatakan hal itu disebabkan karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh patah. Berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan bersifat homogen dan elastik sehingga biasanya miskin gempa susulan bahkan terkadang tidak diikuti gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar.
"Gempa susulan lazim terjadi pasca terjadi gempa kuat dan bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan justru dapat memberi informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan," ucapnya.
Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi (24/3/2024) pukul 10.00 WIB mencatat 239 kali gempa, dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang. Jika hari Jumat (22/3/2024) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, maka data terkini Minggu (24/3/2024) menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2-3 kali gempa.