Maumere-Sekitar 50 hektare (Ha) tanaman pertanian warga dua desa yang terkena dampak terbesar dari letusan gunung api Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) hancur, sehingga dipastikan mengalami gagal panen.
Tidak hanya lahan pertanian warga, rumah penduduk warga juga tidak layak huni, karena terkubur abu, dan mengalami kerusakan parah di bagian atap. "Sekitar 50 ha tanaman masyarakat yang rusak akibat letusan ini," kata Camat Palue, Laurensius Regi kepada Tempo, Senin, 12 Agustus 2013.
Gunung api Rokatenda di Pulau Palue, Sabtu, 10 Agustus 2013 dini hari meletus akibatnya lima orang tewas, dan ratusan warga mengungsi ke Maumare, ibu kota Kabupaten Sikka. Tanaman pertanian warga yang hangsu, diantaranya kopi, jambu, kakau dan kelapa. "Semua tanaman itu hangus terkena lahar panas Rokatenda," katanya.
Warga Desa Rokirole, Dona Martha, 41 tahun mengatakan masyarakat di Pulau Palue saat ini membutuhkan makanan, karena masyarakat tidak punya apa-apa lagi, hasil pertanian sudah hangus terbakar. "Kami butuh makanan," katanya.
Selain makanan, katanya, mereka juga membutuhkan terpal atau seng untuk memperbaiki atap rumah mereka yang rusak akibat letusan gunung Rokatenda ini. "Kami juga butuh seng untuk perbaiki rumah kami yang hancur," katanya.
Lorensius Sundu, Warga Pulau Palue lainnya mengaku siap direlokasi oleh pemerintah ke lokasi yang lebih aman bersama keluarganya. Namun, dia meminta jaminan agar di lokasi yang baru diberikan lahan untuk bercocok tanam. "Kami siap direlokasi asalkan lokasi bisa untuk bercocok tanam," katanya.
Camat Palue, Laurensi Regi mengatakan, bantuan permakanan dan lainnya bagi korban Rokatenda difokuskan ditempat pengungsi di Maumere, dan tidak semuanya disalurkan ke Pulau Palue. "Bantuannya di posko bencana Maumere. Tidak disini," katanya.